Mengenai Saya

Foto saya
bagi saya untuk menggapai indahnya pelangi, kita harus merasakan panasnya terik matahari, dan dinginnya hujan

Selasa, 06 November 2012

Kesamaan sifat Dewa ruci dengan Habibi



Perlu saya garis bawahi bahwa laku prihatin sangat berbeda dengan penderitaan. Penderitaan merupakan keadaan tidak menyenangkan, yang menyiksa secara lahir atau pun batin. Namun tidak semua penderitaan adalah bentuk laku prihatin. Untuk menilai apakah suatu keadaan termasuk kategori laku prihatin ataukah bukan, Anda bisa mencermati faktor penyebabnya. Selain itu suatu penderitaan termasuk laku prihatin atau bukan, sangat tergantung cara masing-masing individu dalam mengambil sikap.
Pertama, perilaku dan sikap yang tabah, sabar, tulus, bijaksana dan arif. Tipikal pribadi demikian ini mempunyai level kesadaran yang bermanfaat sebagai pengendalian nafsu. Kemerdekaan lahir dan batin yang terbesar manusia justru pada saat mana ia bisa  meredam, menahan, atau mengendalikan hawa nafsunya sendiri. Inilah sifat arif dan bijaksana, yang merubah penderitaan menjadi bentuk “laku prihatin”. Bahkan dalam tataran kesadaran spiritual yang lebih tinggi, seseorang akan menganggap penderitaannya sebagai jalan “penebusan dosa” atau “menjalani sanksi” (eksekusi pidana) atas kesalahan yang sadar atau tidak telah dilakukan  di waktu yang telah lalu. Dalam tradisi Jawa-isme, menjalani penderitaan (musibah, bencana, sakit, kesulitan dll) dengan sikap sabar, tulus, dan tabah, sepadan dengan makna karma-yoga atau kesadaran diri untuk melakukan penebusan atas kesalahan yang pernah dilakukan.
Kedua, sikap yang keduwung nepsu. Atau dikuasai oleh nafsunya sendiri manakala tengah mengalami suatu penderitaan. Misalnya sikap emosional yang berlebihan; bersedih terlalu berlarut-larut, kalap, putus asa, selalu menggerutu dan grenengan, selalu mencari-cari kesalahan pada pihak-pihak lain, serta tak mau melakukan instropeksi diri.
Mengapa nafsu tak perlu dilenyapkan? Karena melenyapkan atau menghilangkan nafsu samasekali justru merupakan tindakan melawan kodrat alam. Coba Anda bayangkan jika nafsu dimusnahkan, pasti kehidupan manusia akan segera punah dari muka bumi dalam waktu 100 tahun ke depan. Karena nafsu itu ada, karena menjadi alat untuk bertahan hidup, regenerasi, serta melangsungkan kehidupan. Sebaliknya, memanfaatkan nafsu secara berlebihan atau tak terkendali sama halnya dengan melakukan bunuh diri dan membunuh kehidupan lainnya secara perlahan namun pasti. Nafsu adalah anugrah Tuhan, berkah alam semesta juga. Nafsu hanya perlu dimanfaatkan sebagaimana mestinya sesuai kodrat alam. Jika digunakan secara arif dan bijak akan menghasilkan kebaikan pula. Bukankah semua manusia lahir ke bumi berkat “jasa baik” sang nafsu juga. Sebab itu, nafsu tidak perlu dimusnahkan atau dilenyapkan dari dalam jagad alit diri manusia. Pengendalian nafsu bertujuan supaya seseorang berpegang pada prinsip nuruti kareping rahsa. Bukan sebaliknya nuruti rasaning karep. Sampai disini, alasan utama mengapa seseorang perlu menjalani laku prihatin, tidak lain untuk menggapai kesadaran lebih tinggi dalam memaknai apa sejatinya hidup di dunia ini. Pada gilirannya, kesadaran tersebut dapat menjadi sarana utama untuk menggapai kualitas hidup yang lebih tinggi. Secara spiritual, laku prihatin mempunyai energi yang memancar ke segala penjuru. Energi yang timbul dari dalam diri (jagad kecil) yang selaras dan harmonis dengan hukum alam (jagad besar). Keselarasan dan sinergi di antara keduanya inilah yang akan menempatkan seorang penghayat laku prihatin dalam jalur hidup yang penuh dengan anugrah dan berkah alam semesta.


3 CIRI SIFAT TAULADAN SANG BAPAK TEKNOLOGI INDONESIA , B.J HABIBIE !

YAKNI SBB :

  1. Pemikiran beliau sangat rasional dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
    Senada dengan yang diungkapkan oleh Dr. Indria Samego (Dewan Direktur CIDES) yaitu: “ Visi misi dan strategi kepemimpinan Presiden B.J Habibie, terkait erat dengan latar belakang pribadinya. Dia seorang yang sangat rasional di dalam menghadapi suatu persoalan. Menurut saya, banyak persoalan yang ia selesaikan lebih mengedepankan rasionalitas, kadangkala membuat orang terkaget-kaget dan tak mengerti. Karena itu, pada waktu Soeharto masih berkuasa B.J Habibie mengakui, Soeharto adalah guru besarnya. Ini ungkapan jujur menurut saya. Tetapi ungkapan itu tidak 100% ia praktikkan di dalam kebijaksanaan pemerintahannya sekarang. Kenapa? Karena faktor rasionalitas tadi”.
  2. "Memperlihatkan Dirinya Berbeda" (Oleh: Dr. H.A. Baramuli SH)
    “……..sehingga di kalangan teman-temannya, B.J Habibie dijuluki the wonder boy. Ini dibuktikan dengan sejumlah prestasi ilmiah yang dimilikinya, beberapa hasil penemuannya di gunakan di dalam teknologi pesawat terbang, kereta api dan banyak lainnya. Dan mari kita jujur mengatakan bahwa pengamat-pengamat luar negeri pun mengakui kehebatan si wonder boy. Makannya, tidak terlalu berlebihan kalau saya mengatakan bahwa bangsa Indonesia mesti bangga punya presiden yang jenius…..contohnya, ia banyak membuat kebijakan yang di zaman Soeharto, malah ditabukan. Semisalnya kebebasan pers, kebebasan mendirikan parpol, kebebasan berbeda pendapat dan banyak lainnya…”
  3. Rendah hati dan berbakti pada ibu pertiwi (Oleh: Letjen TNI (Purn.) H. Achmad Tirtosudiro)
    “Pada awal 70-an, dia diminta untuk jadi guru besar untuk menyandang jabatan profesornya di Universitas Aachen, almamaternya. Tetapi, anehnya Habibie menolak. Ini ganjil karena orang-orang Jerman akan sangat gembira dan merasa terhormat bila mendapat kesempatan menduduki kursi professor di Universitas terkemuka seperti Aachen. Apa sebabnya? Rupanya alasan penolakan Habibie adalah ia akan selalu terikat pada universitasnya, sehingga akan mempersulitnya untuk kembali ke Tanah Air bila saatnya tiba. Memang cita-citanya masih tetap ingin kembali ke Indonesia agar ilmu yang diperdalamnya selama ini dapat diamalkan di Tanah Air”. (1986)

    Inilah sekelumit cerita mengenai Pak Habibie. Beliau menolak menjadi guru besar di Universitas terkemuka di Jerman, padahal begitu banyak orang Jerman sendiri yang mengidam-idamkan dinobatkan sebagai guru besar. Beliau memberi alasan yang membuat takjub dan salut kepadanya. “Saya ingin mengamalkan ilmu saya di Indonesia, tanah air saya”. Begitulah kiranya bahasa Pak Habibie.

    Habibie menyebutkan presiden itu bukan segala-galanya. Walau jenius dengan memperoleh royalti atas delapan hak paten hasil temuannya sebagai ilmuwan konstruksi pesawat terbang seperti dari Airbus dan F-16, dia mengaku masih banyak yang jauh lebih baik dari dirinya. Lama bermukim di lingkungan yang sangat menghargai ketokohan dan personality setiap orang, Habibie mendefinisikan jika ingin dihargai maka yang diperhatikan orang lain adalah sikap yang tak berubah terhadap lingkungan.

    Menurutnya status, jabatan, dan prestasi bukan alasan untuk berubah terhadap lingkungan. Itulah sebabnya, ketika sudah menjadi RI-1 sikap Habibie terhadap lingkungan tetap tidak berubah. Malah semakin menampakkan watak aslinya, misalnya tidak mau diam dan bergerak sesuka hati padahal sudah ada aturan protokoler yang harus dipatuhi.


( ISI ; disadur dari http://www.facebook.com/notes/aku-bisa/bj-habibie/391803282637" )

Badan kehormatan memanggil Mentri BUMN








JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Kehormatan (BK) menilai pernyataan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang disampaikan pada Senin (5/11/2012) lalu masih sangat sumir dalam menentukan keterlibatan oknum-oknum anggota DPR yang melakukan pemerasan kepada direksi BUMN. Pasalnya, Dahlan tidak membawa bukti dan hanya menyerahkan dua lembar kertas kepada Ketua BK M Prakosa.
"Dia sama sekali tidak membawa barang bukti. Hanya ada bahan tertulis, tetapi singkat hanya satu atau dua halaman," ujar Prakosa, Selasa (6/11/2012), di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.
Prakosa mengakui bahwa anggota Dewan sempat menanyakan terkait modus-modus yang dilakukan para anggota Dewan. Namun, Dahlan tidak menjabarkannya secara detail terkait angka yang dimintakan anggota Dewan.
"Katanya, semua bukti-buktinya ada di direksi BUMN," ucap Prakosa.
Dia menambahkan, Dahlan juga sempat menyanggupi untuk memberikan nama lain selain dua nama oknum anggota DPR yang terlibat pemerasan.
"Kami sempat minta sore itu juga dilengkapi, tetapi dia (Dahlan) bilang ada acara sampai hari ini. Akhirnya, besok mau diserahkan tertulis," kata Prakosa.
Anggota BK lain, yakni Usman Ja'far, mengakui bahwa pihaknya sempat tidak puas akan pernyataan yang disampaikan Dahlan lantaran hanya menyebutkan dua oknum pemeras BUMN. Padahal, saat ditanya wartawan beberapa waktu lalu, Dahlan sempat menyatakan ada sekitar 10 oknum anggota Dewan yang memeras BUMN.
"Kami sempat pertanyakan itu, tetapi dia juga ujung-ujungnya nggak punya bukti dan hanya memberikan kertas ke Ketua BK. Saya nggak tahu isinya apa," ucap Usman.
Saat dipanggil BK pada Senin (5/11/2012), Menteri BUMN Dahlan Iskan menyampaikan ada tiga peristiwa pemerasaan terhadap direksi BUMN. Ada dua oknum anggota DPR yang disampaikan Dahlan ketika itu. Kedua nama itu adalah Idris Laena dari Fraksi Partai Golkar dan Sumaryoto dari Fraksi PDI-Perjuangan. S diduga meminta jatah ke PT Merpati Nusantara Airlines dan Idris diduga meminta jatah ke PT PAL dan PT Garam.

Sumber: Kompas

Tawuran SMA 70 dan SMA 6, Satu Pelajar Tewas





JAKARTA, KOMPAS.com — Apa yang dikhawatirkan masyarakat dari tawuran pelajar yang hampir setiap hari terjadi di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, akhirnya benar-benar terjadi. Satu pelajar SMA Negeri 6 Jakarta tewas dalam tawuran yang terjadi di sekitar KFC Bulungan, siang ini.
"Yang meninggal teman saya di kelas X SMA 6," kata El Farouq Hassan (15), yang ditemui di RS Muhammadiyah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (24/9/2012).
Menurut Farouq, seusai jam sekolah, bersama beberapa teman, mereka nongkrong sebentar di 7Eleven Bulungan. Saat itulah tiba-tiba puluhan pelajar SMA 70 Jakarta datang menyerang dengan senjata tajam. Salah seorang dari kelompok penyerang sempat mengayunkan senjata tajam yang menyabet dada Alawi.
"Waktu lihat dia terluka, kami langsung bawa dia ke sini. Tapi enggak ketolong," kata Farouq.
Sekitar pukul 14.10 WIB, jenazah telah dibawa ke RSUP Fatmawati untuk menjalani visum.

Sumber: http://www.kompas.com/