Mengenai Saya

Foto saya
bagi saya untuk menggapai indahnya pelangi, kita harus merasakan panasnya terik matahari, dan dinginnya hujan

Selasa, 17 Januari 2012

Aku Sangat Mencintaimu Yusufku


Hari ini panas menyinarimu,
Mengharuskanmu untuk menjalaninya,
Aku rasakan kau terluka,
Ku rasakan kau lelah,
Tanpa ku sadari,
Diriku pun menyirami perjalananmu dengan air mendidih,
Membuatmu bertambah lelah,

Tapi Yusufku,
Tahukah kau…..
Tadinya aku mengira itu air dingin yang dapat membantumu,
Ternyata aku salah yusufku,
Tapi aku kan terus berusaha.

Yusufku,
Satu hal yang perlu kau ketahui,
Engkau sudah lewati badai hujannya…..
Pelangi kan muncul untuk dirimu,…
Yusufku…..

Selasa, 03 Januari 2012

Manusia dan Kegelisahan


Seperti yang saya alami, ternyata mencari sumber kegelisahan itu bukan dari luar diri, tetapi dari dalam diri. Karena faktor luar diri itu tidak dominan, Meskipun kita mampu menyelesaikan problem itu dengan cara menyelesaikan pokok masalahnya dari luar, tapi ia akan dirundung kegelisahan dalam bentuk lain. Begitu seterusnya tak pernah selesai.

Sebagai contoh, ketika kita berada pada puncak kesedihan karena masalah ekonomi, kadang kita tidak memperhatikan bahwa dititik kulminasi itu ada rasanya. Kita malah terbuai dengan hal lain yang mengganggu pikiran kita. Padahal di titik kesedihan itu ada geliat jiwa yang berpotensi untuk menyelesaikannya. Biarkan jiwa kita merasakan getaran “sedih” itu. Rasakan bagaimana ia menemukan penyelesaian dengan kejernihan hati dan kepasrahan kepada Tuhan, Sang Pemilik Jiwa. Dialah yang memberi ketenangan dan kedamaian hati. Lepaskan duka kita kepada Allah. Biarlah Dia yang membimbing dan menuntun hati kita. Berserah dirilah kepada-Nya secara total.

Jangan sampai kita malah terjebak pada hasrat, keinginan, harapan, cita-cita, dan angan belaka, tanpa mengetahui apa hakikat jiwa. Buang jauh-jauh prasangka buruk pada diri dan pada Allah. Uang tak akan menyelesaikan masalah kita. Meskipun pada waktu itu uang dapat menyelesaikan problem ekonomi kita, tapi kita akan mendapat kegelisahan dan kesedihan berikutnya, baik dalam bentuk yang sama ataupun dalam bentuk yang berbeda.

Namun jika pada saat kesedihan kita itu memuncak, lalu kita mengembalikan segala sesuatu pada Allah : “Dari-Mu dan kepada-Mu akan kembali, ya Allah”, maka kita akan menemukan dan memahami titik kesedihan yang sebenarnya.

Lalu, jiwa kita akan bertanya dan bertanya lagi, apa setelah kembali pada Allah? Hidup dan matiku untuk-Mu. Ya Allah. Makan minumku untuk siapa? Kerja dan pengabdianku untuk siapa? Untuk apa? Mengapa? Bagaimana? Dimana? Dan sederet pertanyaan-pertanyaan geliat jiwa lainnya yang dipersembahkan kepada Allah. Pada titik itu kita pasti akan menyadari dan berkata, “Ya Allah, segala hidupku dari-Mu dan kepada-Mu akan kembali.

Jadi menurut saya, sumber dan penyebab kegelisahan seseorang adalah jiwa. Sementara pengaruh luar hanya instrumen saja. Jiwalah pusat segala macam apa yang terjadi pada diri kita. Maka hanya dengan mengolah jiwa, seseorang akan sanggup melepaskan kegelisahannya. Caranya, dengan mengembalikan seluruh persoalan kepada jiwa dan Sang Pemilik Jiwa : Tuhan.

Inilah fitrah manusia yang sesungguhnya. Manusia membutuhkan tempat untuk berlindung, mengadu, dan bergantung. Hanya Allah lah yang sanggup menjawab itu semua. Pengaduan dan pengolahan jiwa ini bukan hanya berlaku pada kesedihan, tetapi juga pada seluruh rasa yang lain seperti gembira, cemas, iba, takut, malu, dan lain sebagainya.

Sayangnya manusia tidak segera menangkap hal ini. Meskipun berkali-kali Allah memperlihatkan tanda-tanda atau fenomena, namun kesadaran dalam diri nyaris tak tersentuh. Kita tak pernah berusaha memanfaatkan potensi diri untuk memahami jiwa.

Bagi seorang Muslim, mestinya mudah tergugah dengan panggilan adzan yang menggema, atau dapat merasakan getaran hati saat bacaan Al-Quran dilantunkan. Cobalah bagaimana merasakan suara itu masuk ke telinga, mendengarkan bagaimana tarikan suaranya, menghayati maknanya, lalu masukkan kedalam hati dan bertanya pada diri : Siapa aku? Darimana aku? Akan kemana aku? Mengapa aku? Untuk apa dan apa tujuan hidupku?

Hal itu sebenarnya bisa dilakukan. Namun terkadang kita lebih senang melampiaskan titik kulminasi itu dengan hal-hal yang negatif. Kita melupakan hakikat diri kita sendiri. Kita tidak mudah tersentuh oleh hal-hal yang sangat mendasar dalam hidup. Padahal logika orang-orang di masa kini seharusnya lebih maju dibandingkan dengan orang zaman dulu, yang bahkan membaca saja tidak bisa. Mestinya kita memahami ini.

Seorang bintang film misalnya, ia dapat terkenal dan meraup uang yang banyak dari karier yang digelutinya. Mengapa ia tak sanggup melihat titik kulminasi kesedihan atau kebahagiaan? Padahal ia mampu membuktikan potensi diri dan target yang dapat diraihnya. Begitu juga dengan seorang pengusaha, ia mampu menjadi kaya dan sukses dalam mengelola perusahaan. Ini adalah potensi diri yang telah teraih secara baik, namun mengapa ia tak mampu melihat titik kesedihan atau kegelisahan dalam hidupnya?.

Pernahkah artis atau pengusana itu menyadari bahwa selama ini “daya” jiwalah yang melahirkan proses kreatifnya, mendorongnya untuk bekerja keras, mengajarkan tentang keuletan, membimbingnya untuk membuat inovasi dan pembaharuan dalam kerjanya dan sebagainya, hingga ia mencapai kesuksesan sebagai artis atau pengusaha?.

Kalau kita mau jujur dengan hati nurani, setiap saat kita akan mampu melihat bagaimana menggeliatnya jiwa. Setiap hari, setiap saat, entah terasa atau tidak, selalu ada geliat jiwa yang membuncah.

Bahkan, menurut saya, seorang pelacur sekalipun, Ia bisa merasakan getar dan kehadiran Tuhan, kalau ia sanggup dan menyadarinya. Tuhan milik semua mahluk. Tak peduli warna kulit, kedudukan, adat istiadat, bahasa, tradisi, dan budaya apa pun, jiwa manusia dapat didorong untuk mencapai dan mengenal hakikat Tuhan. Lalu Tuhan akan membantu, membimbing, menolong, melindungi, dan memberi apa pun juga.

Memang tidak mudah untuk menemukan kesadaran diri semacam itu. Kita harus mengolahnya, harus mempunyai tekad untuk berlatih, rela melapaskan diri dari belengu yang datang dari faktor luar, serta bersemangat dan bersenanghati untuk belajar.

Dikutip dari buku berjudul : "Ya Allah, Izinkan aku Mengenalmu"
Penulis : Mas Gun




Sumber: http://met-pagi.blogspot.com/2011/07/mencari-sumber-kegelisahan.html

Manusia dan Kegelisahan

KEGELISAHAN

Gelisah artinya cemas, rasa tidak tenteram atau rasa khawatir sehingga kegelisahan dapat diartikan sebagai perasaan cemas, takut atau khawatir. Seseorang merasa gelisah karena harapannya belum terpenuhi atau hasil kerja yang didapat tidak sesuai dengan yang diharapkan. Seseorang dapat gelisah karena menunggu sesuatu dan dapat juga disebabkan ancaman yang menyebabkan dirinya dapat kehilangan sebagian haknya.
Kegelisahan dapat berbentuk kecemasan kenyataan, kecemasan moral dan kecemasan neuritis.  Kecemasan kenyataaan adalah kecemasan yang disebabkan oleh adanya ancaman bahaya dari luar atau akibat pengamatan terhadap ancaman bahaya dari luar lingkungan
Kecemasan moral adalah kecemasan yang disebabkan oleh kemauan yang tidak terbendung, sehingga timbul perasaan negatif dan sumbernya adalah dari dalam hati seseorang. Kecemasan ini bersifat pembawaan, misalnya takut terhadap gelap, karena nenek moyangnya sering mendapatkan bahaya di waktu malam gelap.
Kecemasan neuritis adalah kecemasan karena takut terhadap ide atau bayangannya sendiri yang bersumber dari penilaian yang bersifat naluriah. Kecemasan ini bersifat naluriah dan timbul akibat penyesuaian dirinya dengan lingkungan yang bersifat irrasional karena kecemasan terhadap bahaya melebihi proporsi obyek yang ditakuti
Untuk menghentikan kegelisahan dapat dilakukan dengan mengatasi akibat yang ditimbulkan sehingga siap untuk menghadapinya atau menerima akibat yang ditimbulkan dengan tabah dan senang  Kegelisahan dapat diatasi pula dengan memperkecil dan mengurangi keburukan yang menyebabkan timbulnya kegelisahan atau berdoa dan pasrah kepada Tuhan.

Sumber-sumber Kegelisahan
1.      Rasa Takut
2.      Rasa Bersalah
3.      Tertekan akan persoalan
4.      Keputusasaan
5.      Pesimis

KETIDAKPASTIAN

Ketidakpastian artinya tidak menentu pikirannya, mendua atau apa yang dipikirkannya tidak searah. Ketidakpastian disebabkan oleh phobia (fobia), kompulsi, obsesi dan delusi.
Phobia (fobia) artinya takut atau perasaan takut yang berlebihan terhadap sesuatu.  Seseorang dapat menjadi fobia apabila terus menerus mengalami ketakutan, tegang dan akhirnya tertekan.
Obsesi adalah pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus tanpa diketahui penyebabnya, misalnya merasa ada yang akan menjatuhkannya. Halusinasi adalah kenyataan yang terjadi tanpa rangsangan panca indera atau akibat mensugesti dirinya, misalnya  melihat air di padang pasir
Delusi adalah pikiran yang tidak beres akibat adanya keyakinan palsu, misalnya delusi persekusi, delusi keagungan dan delusi melankolis. Delusi persekusi  adalah menganggap apa yang disekitarnya buruk semua, Delusi keagungan adalah menganggap dirinya paling penting atau paling besar. Delusi melankolis adalah menganggap dirinya bersalah atau berdosa
KETERASINGAN

Terasing adalah merasa sendiri atau tidak dikenal orang yang terjadi karena tersisih atau terpisah dari yang lain. Seorang menjadi terasing karena cacat fisik perbuatan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonominya.
Seseorang yang mempunyai cacat fisik berusaha menyingkir dari pergaulan karena malu dengan kekurangannya. Perbuatan negatif seperti angkuh, sombong, pemalu, minder, berbuat kriminal menyebabkan seseorang  dijauhii orang lain. Itulah sebabnya keduanya dapat menyebabkan seseorang menjadi terasing.
Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan rendah juga dapat menyebabkan terasing, karena serba sulit dalam menempatkan diri, bertanya takut salah, ditanya takut jawabannya juga salah. Demikian pula dengan perbedaan tingkat sosial ekonomi. Seseorang yang merasa dirinya miskin menjadi rendah diri, sedangkan orang yang merasa dirinya kaya akan membanggakan hartanya, sehingga keduanya dapat menjadi seseorang yang terasing.
Untuk mengatasi keterasingan perlu adanya kesadaran bagi seseorng yang merasa dirinya berkelebihan, jangan merasa selalu benar, jangan merasa tidak ada yang melebihi kekayaannya, dan sebagainya. Bagi yang merasa berkekurangan perlu ditingkatkan harga dirinya sedikit demi sedikit sehingga tidak merasa pemalu, minder, cacat tak berguna, dan sebagainya.

KESEPIAN

Sepi berarti sunyi atau lengang. Kesepian merupakan akinat adanya keterasingan. Seseorang menjadi kesepian karena suka menyendiri sebagai akibat mengalami frustasi
Frustasi adalah keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan dan  tujuan seseorang atau proses yang menggambarkan adanya hambatan terpenuhinya kebutuhan. Frustasi terjadi karena mengalami kegagalan, tidak mempunyai integrasi kepribadian yang baik kemudian mengalami gangguan emosional
Seseorang yang frustasi dapat dilihat dari adanya perubahan kebiasaan atau cara hidupnya. Seseorang yang frustasi terlihat kehilangan gairah yang ditandai dengan wajahnya yang lesu, gerakannya lamban dan cara berjalannya diseret-seret. Seseorang yang frustasi juga terlihat sedih, kecewa, gelsiah, cemas, tegang, bingung, dan merasa bersalah yang menggambarkan suasana hati yang tidak menentu.
Seorang yang sedang frustasi akan mengalami kesepian atau malahan senang keluyuran seperti yang dialami oleh seseorang dari keluarga broken home. Banyak diantara mereka yang mengalami frustasi juga melakukan perbuatan negatif, seperti berfoya-foya, melakukan hubungan sex bebas, materialistis, egois, maunya berkuasa, kehilangan arti hidup bahkan melakukan bunuh diri.

Sumber: http://filsafatmulyo.wordpress.com/2011/05/20/kegelisahan-ketidakpastian-keterasingan-kesepian/

Manusia dan Tanggung Jawab


A. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB
 
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.

Contoh Orang Bertanggung Jawab :
 
bonar ialah seorang pegawai yang tekun dalam melaksanakan tugasnya. Ia datang sebelum waktu kerja dimulai. Tanpa banyak bicara dikerjakan tugasnya. Setelah selesai tugas yang dikerjakan, ia memberikan hasil pekerjaannya kepada atasannya sebagai pertanggungjawabannya. Ia pun tidak banyak hilir mudik dikantornya untuk persoalan kepentingannya sendiri, seperti buang air, mencari inakanan atau minuman. Ia pun pulang pada waktu jam kantornya usai. Bila ada pertanyaan dari atasannya tentang pekerjaan yang dilakukan, ia pun memberikan jawaban secara baik dan pasti. Ia dapat memberikan pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya, sehingga konduitenya baik, naik pangkat pada waktunya, dan memperoleh penghargaan khusus waktu tertentu.

B. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB

Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia manghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menuadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Tuhan.

(a) Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggug jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.

(b) Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.

(c) Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial.

(d) Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara
Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara.Contoh :
Dalam novel jalan tak ada ujung karya Muchtar Lubis, Gum Isa yang tekenal sebagai guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya., Perbuatan guru ini bisa pula dipertanggungjawabkan kepada KEPSEK kalau perbuataan itu diketahui ia dapat berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.

(e) Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsang terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama.

C. PENGABDIAN DAN PENGORBANAN
Wujud tanggung jawab juga berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah perbuatan baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.

(a). Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, honnat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.

(b). Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehinggaa pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata.Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jclas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesama teman. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.

Contoh Pengabdian :
Kesediaan seorang guru sekolah dasar ditempatkan di pelosok terpencil daerah transmigrasi, adalah pengabdian yang juga menuntut pengorbanan. Dikatakan pengabdian karena ia mengajar di situ tanpa menerima gaji dari pemerintah, tanpa diurus oleh pihak berwenang usul pengangkatannya, ia hanya bertanggung jawab untuk kemajuan dan kecerdasan masyarakat / bangsanya. la hanya menerima penghargaan dan belas kasihan dari masyarakat setempat. Pengorbanan yang ia berikan berupa tenaga, pikiran, waktu untuk kepentingan anak didiknya.

Diposkan oleh Teguh Sudarmono
Sumber: http://sosialdasar.blogspot.com/2011/03/manusia-dan-arti-tanggung-jawab.html